RIWAYAT SINGKAT DUSUN TAMBAHSARI
PEKON TAMBAHREJO BARAT KEC. GADINGREJO
KAB. PRINGSEWU
Dusun Tambahsari Pekon Tambahrejo Barat Kec. Gadingrejo, menurut cerita yang diperoleh dari sesepuh pekon ini mulai dibuka sekitar tahun 1911 atau 1912, karena adanya program dari Pemerintah yaitu Transmigrasi. Penduduk yang mengikuti kegiatan transmigrasi tersebut kebanyakan datang dari Purworejo, Kutoarjo, dan Kebumen, Jawa Tengah. Mereka datang dengan berkelompok dan terbagi dalam beberapa wilayah, ada yang di Tambahkerto, Tambahrejo dan Tambahsari serta Tambahmulyo. Dan untuk mengatur pembagian lokasi dipilih Ketua kelompok/Kami Tua dan Kepala Desa. Dusun Tambahsari awal mulanya adalah bagian dari Wilayah Desa Tambahrejo yang terdiri gabungan dari empat dusun seperti tersebut diatas

Pada awal dibukanya Dusun Tambahsari Pekon Tambahrejo Barat, bentuk atau kondisi tanahnya terdapat banyak rawa-rawa kecil. Maka semula untuk permukiman adalah bagian utara, namun mengingat karena sebelah selatan berderet gunung yang tinggi maka diputuskan permukiman disebelah selatan, karena setiap tahun akan terjadi longsoran tanah gunung, dan untuk persawahan sebelah utara. Untuk membatasi antara wilayah Tambahrejo sebagai desa induk pada waktu itu dengan wilayah Wates disimpulkan adanya sungai yang mengalir dari Saribumi memutar sampai termasuk Sidodadi.
Pada awal dibukanya Dusun Tambahsari Pekon Tambahrejo Barat, Ular merupakan jenis hewan liar yang paling banyak ditemukan. Yang bentuknya berkelompok seperti Gajah berada di lerengan Gunung Saribumi, Kijang dan Menjangan kebanyakan di gunung kita ini, dan gunung Tambahmulyo, Sidodadi. Maka untuk menjaga keamanan tanaman kelapa dari ancaman Gajah ditanamlah pohon bambu yang mengelilingi dusun dari pinggir sungai Saribumi terus lereng lereng gunung, sepanjang gunung Tambahsari. Hal ini merupakan pagar betis suatu dusun. Maka mereka para sesepuh memberi nama Dusun Tambahsari, Tambahrejo, Tambahkarto dan Tambah Mulyo. Itulah istilah Tambah untuk menghalau gangguan gajah.
Beberapa tahun kemudian ada suatu peraturan kerja paksa bagi masyarakat Dusun Tambahsari dan sekitarnya yang datang dari Kompeni Belanda yang markasnya ada di Gedong Tataan. Mereka membuat peraturan kerja paksa tersebut untuk membuat jalan raya yang tembus sampai di Waluyo Jati Pringsewu. Jalan itu lewat Way Bayas sampai di Waluyo Jati. Pada saat pelaksanaan pembangunan jalan tersebut, masih dalam bentuk pengerasan awal, terjadi bentrok antara Belanda dengan Bpk. Lurah Suro Caplek. Akhirnya terjadi kesepakatan bahwa, belanda tidak akan mengganggu rakyat jika Lurah bisa mendatangkan banyak Gajah. Dan Lurah minta kepada Kompeni untuk tidak mengganggu Gajah lebih-lebih menembak. Hal ini di sepakati bersama. Atas izin Yang Maha Kuasa, datanglah serombongan Gajah dari Waluyojati melewati Pringsewu, Bulukarto, rawa-rawa Kebumen dan sampai Wates dan berkumpul di Alun-alun/Lapangan Tambahrejo. Akhirnya jalan yang semula melalui Way Bayas dan seterusnya hingga Waluyo Jati, maka sepontan pindah melalui Jalan Gajah tersebut sampai sekarang, yang saat ini sudah menjadi Jalan Raya Nasional.
Selanjutnya tentang perkembangan penduduk dan wilayah. Dari tanah yang bentuknya rawa-rawa tentunya timbul bermacam penyakit seperti malaria atau diare. Orang Jawa dulu menamakan pagebluk atau sebutan yang lain. Sehingga perkembangan penduduk menjadi lamban, terlebih wilayah Dusun Tambahmulyo, sering terjadi orang meninggal dengan mendadak. Dan yang paling parah adalah dibagian barat yang sekarang disebut Dusun Sidodadi. Maka untuk memaksimalkan pelayanan dan mempercepat perkembangan penduduk, beberapa tahun kemudian wilayah Tambahmulyo diserahkan kepada Kepala Desa Wates. Sehingga wilayah Desa Tambahrejo menjadi 3 Dusun, yaitu Dusun Tambahkerto, Dusun Tambahrejo dan Dusun Tambahsari.
Seiring dengan perkembangan jaman, setelah kurang lebih 100 tahun Dusun Tambahsari menjadi bagian dari Wilayah Desa/Pekon Tambahrejo. Pada tanggal 27 September 2012, terjadi peristiwa yang sangat bersejarah, yaitu terjadi pemekaran Dusun Tambahsari yang terdiri dari Suku 6, 7 dan 8 dari Pekon Tambahrejo menjadi Pekon Tambahrejo Barat.
Kemudian pada tanggal 30 April 2013 untuk pertama kalinya dilaksanakan Pemilihan Kepala Pekon Tambahrejo Barat, dan nama Suku 6, 7 dan 8 dirubah menjadi Suku 1, 2 dan 3.
Kirim Komentar